http://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/issue/feedJurnal Keperawatan Wiyata2024-10-09T06:15:26+00:00rusdi[email protected]Open Journal Systems<p>Medical journals is a collection of scientific publications of research-research field health covering the realm of nursing</p>http://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1307HUBUNGAN POLA ASUH KELUARGA DENGAN PERILAKU SEKSUAL PADA REMAJA DI KOTA BANDA ACEH2024-03-11T03:27:07+00:00Luthfiya Azzuhra[email protected]Dini Mulyati[email protected]Syarifa Atika[email protected]<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar Belakang:</strong> Perilaku seksual berisiko sudah menjadi hal umum di kalangan remaja. Remaja berada dalam masa pencarian jati diri, kondisi yang tidak stabil pada remaja akan berdampak terjadinya perilaku seksual. Perilaku seksual cenderung terjadi karena pola pengasuhan pada keluarga. Keluarga menjadi lingkungan pertama yang dikenali sehingga penerapan pola asuh yang digunakan dalam keluarga akan memengaruhi kepribadian remaja. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk dapat mengetahui hubungan pola asuh keluarga dengan perilaku seksual di Kota Banda Aceh. <strong>Metode</strong>: Populasi pada penelitian ini berjumlah 774 orang dengan jumlah sampel sebanyak 98 orang secara quota sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner Parental Authority Questionnaire dan kuesioner perilaku seksual. Pengumpulan data menggunakan self report dan analisa data menggunakan uji spearman rank. <strong>Hasil</strong>: uji menunjukkan bahwa tidak ada hubungan pola asuh otoriter dengan perilaku seksual dengan nilai p = 0,928 > 0,05 dan nilai koefisien korelasi 0,009, tidak ada hubungan pola asuh otoritatif dengan perilaku seksual dengan nilai p = 0,802 > 0,05 dan nilai koefisien korelasi 0,026, dan tidak ada hubungan pola asuh permisif dengan perilaku seksual dengan nilai p = 0,694 > 0,05 dan nilai koefisien korelasi -0,040. <strong>Kesimpulan</strong>: tidak ada hubungan antara pola asuh keluarga dengan perilaku seksual pada remaja di Kota Banda Aceh. Memberikan sosialisasi kesehatan terkait reproduksi dan perilaku seksual yang berisiko pada remaja dengan berkolaborasi oleh pihak terkait seperti Dinas Kesehatan atau puskesmas terdekat.</p>2024-09-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1312HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN EFIKASI DIRI PADA PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS (PPOK) DI POLIKLINIK PARU RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ZAINOEL ABIDIN KOTA BANDA ACEH 2024-03-15T07:18:40+00:00Anissa Akmalia[email protected]Laras Cyntia Kasih[email protected]Nani Safuni[email protected]<p><strong>Latar Belakang:</strong> Pasien PPOK umumnya sering mengalami masalah kesulitan bernapas, hal ini tentunya berdampak pada kenyamanan serta psikologis pasien yang menyebabkan menurunnya efikasi diri pada pasien PPOK. Dukungan keluarga sangat berperan penting dalam meningkatkan motivasi dan keyakinan diri seseorang. <strong>Tujuan</strong>: Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan efikasi diri pada pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) di Poliklinik Paru Rumah Sakit di kota Banda Aceh. <strong>Metode:</strong> Penelitian menggunakan metode deskriptif korelatif dengan pendekatan cross-sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 283 pasien yang berkunjung ke poliklinik paru. Pengukuran sampel dilakukan dengan menggunakan aplikasi G*Power sehingga jumlah sampel yang didapatkan yaitu sebanyak 143 responden. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner Family APGAR score untuk dukungan keluarga dan COPD Self Efficacy Scale (CSES) untuk efikasi diri. <strong>Hasil:</strong> Penelitian menunjukkan ada hubungan dukungan keluarga dengan efikasi diri pada pasien PPOK di Poliklinik Paru (p value = 0,000). <strong>Kesimpulan:</strong> Pasien memiliki dukungan keluarga yang tinggi maka efikasi diri yang dihasilkan juga akan tinggi. <strong>Rekomendasi:</strong> Pentingnya untuk tetap menjaga dan meningkatkan dukungan keluarga yang baik agar pasien PPOK memiliki motivasi dan keyakinan diri yang tinggi dalam pengendalian penyakitnya.</p> <p> </p>2024-09-28T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1404HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DAN AKSES POSYANDU DENGAN KUNJUNGAN LANSIA KEPOSYANDU UNIT PELAYANAN TERPADU PUSKESMAS KUJAU KECAMATAN BETAYAU2024-03-28T15:23:49+00:00Wahyu Dewi Sulistyarini[email protected]Siti Kholifah[email protected]Sukmawati Sukmawati[email protected]<p><strong>Latar Belakang : </strong>Posyandu pelayanan terpadu untuk lanjut usia disuatu wilayah tertentu yang sudah disepakati, yang digerakkan oleh masyarakat dimana mereka bisa mendapatkan pelayanan kesehatan. Penelitian ini bertujuan untuk Mengidentifikasi dukungan keluarga dan akses ke posyandu dengan kunjungan lansia di posyandu.<strong> Metode :</strong>Penelitian <em>cross sectional</em> dengan jumlah sampel melibatkan 87 responden dengan teknik <em>simple random sampling</em>. Variabel independen adalah dukungan keluarga dan akses ke posyandu. Variabel dependen adalah kunjungan lansia. Pengumpulan data dengan instrumen demografi, kuesioner kuesioner dukungan keluarga selanjutnya dianalisis dengan <em>spearman rho whitney </em>dengan ? =?0,05. <strong>Hasil : </strong>Hasil penelitian menemukan bahwa responden hampir setengahnya dukungan keluarga dalam kategori sedang kunjungan lansia kurang aktif atau 24.1% dan aktif 34.5% (p value= 0.025:r=0.069) dan hampir setengahnya akses ke posyandu dalam kategori mudah kunjungan lansia kurang aktif atau 30% dan aktif 34.4% (p value= 0.036; r=0.019). <strong>Kesimpulan:</strong>. Dukungan keluarga berhubungan dengan kunjungan lansia ke posyandu dengan kekuatan hubungan lemah namun positif yang artinya semakin tinggi dukungan keluraga maka akan semakin aktif kunjungan lansia ke posyandu. Akses ke posyandu berhubungan dengan kunjungan lansia ke posyandu dengan kekuatan hubungan lemah namun positif yang artinya semakin mudah akses ke posyandu maka akan semakin aktif kunjungan lansia ke posyandu. Diperlukan upaya untuk meningkatkan kunjungan lansia ke posyandu sehingga meningkatkan derajat kesehatan lansia.</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1407HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN LANSIA MINUM OBAT HIPERTENSI DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS SUNGAI BOH2024-03-29T02:44:35+00:00Siti Mukaromah[email protected]Nanik Lestari[email protected]Siska Pagiu[email protected]<p><strong>Latar Belakang: </strong>Urgensi penelitian dilakukan mengingat tingginya prevalensi hipertensi dan penyakit kardiovaskuler di Indonesia. Dukungan keluarga seperti yang dijelaskan dalam berbagai penelitian terkait, menjadi faktor krusial dalam menjaga kepatuhan minum obat pada pasien hipertensi.<strong> Tujuan: </strong>Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia minum obat hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Boh Kabupaten Malinau.<strong> Metode: </strong>Rancangan penelitian deskripsi analitik dengan pendekatan cross sectional. Besaran sampel penelitian menggunakan metode total sampling dimana semua populasi diteliti sebagai sampel, sehingga jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 60 orang. Instrumen berupa kuesioner dukungan keluarga berisi 20 item pernyataan dan kuesioner kuesioner kepatuhan pengobatan MMAS berisi 8 item pertanyaan. Analisa data menggunakan uji statistik Chi-Square.<strong> Hasil: </strong>Diperoleh hasil bahwa karakteristik respondensebagian besar berumur 60-69 tahun sebanyak 42 orang(70%), berjenis kelamin perempuan 43 orang(71,7%),tidak sekolah sebanyak 42 orang(70%), sebagai ibu rumah tangga 40 orang(66,7%) dan lama menderita hipertensi seluruhnya lebih dari 1 tahun sebanyak 60 orang(100%).Responden yang memiliki dukungan keluarga baik 45%, dan tidak baik 55%, Kemudian yang memiliki kepatuhan yang patuh 46,7% dan yang tidak patuh 53,3% sebagian besar responden memiliki dukungan keluarga dalam kategori kurang baik dan tidak patuh sebanyak 27 orang (45%). Hasil uji statistik Chi-Square diperoleh nilai p=0,000 maka disimpulkan ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan lansia.<strong> Kesimpulan: </strong>Ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat lansia hipertensi di wilayah kerja Puskesmas Sungai Boh Kabupaten Malinau.<strong> Saran: </strong>Diharapkan adanya peningkatan pemberian dukungan keluarga, informasi langsung dari petugas kesehatan, dan penelitian lebih lanjut dengan faktor-faktor lain serta sampel yang lebih besar terkait kepatuhan lansia dalam minum obat hipertensi secara teratur dan rutin kontrol ke posyandu.</p> <p><strong> </strong></p> <p><strong>Kata kunci: </strong>dukungan keluarga, kepatuhan minum obat, lansia</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1427FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN SIBLING RIVALRY USIA 7-12 TAHUN DI SDN 3 SAMBALIUNG KABUPATEN BERAU2024-04-01T23:16:42+00:00Kiki Hardiansyah Safitri[email protected]Vera Veriyallia[email protected]Aldina Aldina[email protected]<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar Belakang: </strong>Menurut data Badan Pelayanan Jaminan Kesehatan Sosial (BPJS) pemanfaatan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) terus meningkat setiap tahunnya. Kunjungan rawat inap di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) pada tahun 2018 tercatat sejumlah 147.4 juta, meningkat menjadi 257.4 juta pada tahun 2023, kunjungan rawat inap di rumah sakit pada tahun 2018 tercatat sejumlah 9.8 juta meningkat menjadi 27.8 juta pada tahun 2023. Hal ini menunjukkan bahwa ada kenaikan jumlah pasien disetiap tahunnya. Sehingga dengan meningkatnya jumlah pasien ini akan meningkatkan beban kerja perawat dalam memberikan asuhan keperawatan. Bila banyaknya tugas yang tidak sebanding dengan kemampuan fisik maupun keahlian dan waktu yang tersedia maka akan menjadi sumber stress. Stres dapat memberikan pengaruh negatif maupun positif bagi kerja perawat. <strong>Tujuan: </strong>Untuk mengetahui hubungan beban kerja perawat terhadap tingkat stress di ruang rawat inap RSUD dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau.<strong> Metode: </strong>Penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode analitik korelasional untuk melihat hubungan beban kerja perawat terhadap tingkat stress<strong>. Hasil: </strong>Hasil analisa uji statistic menggunakan Kendall Tau dengan nilai kemaknaan α = 0.05 sehingga didapatkan sig = 0.006. Hal ini menunjukkan bahwa nilai sig 0.006 < 0.05, artinya hipotesis (Ho) ditolak, dan hipotesis (Ha) diterima.<strong> Kesimpulan: </strong>Dapat disimpulkan bahwa "Terdapat korelasi atau Hubungan" yang signifikan antara beban kerja dengan tingkat stress perawat di bangsal rawat inap RSUD dr. Abdul Rivai Kabupaten Berau.</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1459HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU TENTANG PENANGANAN DIARE DENGAN DERAJAT DEHIDRASI BALITA DI RSUD ABDUL RIVAI BERAU2024-04-05T20:58:41+00:00Anisa Ain [email protected]Marina Kristina Layun[email protected]Aries Abiyoga[email protected]Regia Regia[email protected]<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar Belakang :</strong>Balita yang mengalami diare dapat menyebabkan dehidrasi dan kondisi yang mengancam nyawa.pengetahuan ibu menjadi dasar utama tindakan cepat guna memberikan pertolongan pertama ketika balita mengalami diare dan mencegah terjadinya dehidrasi. <strong>Tujuan </strong>: Mengetahui hubungan pengetahuan ibu tentang penanganan diare dengan derajat dehidrasi balita <strong>Metode </strong>: ini merupakan penelitian deskriptif analitik dengan pendekatan <em>cross sectional</em>, melibatkan 44 ibu yang balitanya mengalami diare.Sample dikumpulkan dengan tehnik accidental sampling di Instalasi Gawat Darurat RSUD dr. Abdul Rivai Berau . Analisis data menggunakan uji <em>chi-square. </em><strong>Hasil </strong>: Karakteristik responden usia ibu antara 20-35 tahun(56,8%), pendidikan ibu tamat SMA (59,1%), pekerjaan ibu sebagai IRT (54,5%), usia balita antara 25-36 bulan (34,1%) dan jenis kelamin balita perempuan (59,1%). Pengetahuan ibu memiliki proporsi yang sama antara kategori, cukup dan kurang (34,1%) dan derajat dehidrasi balita berat (40,9%).Analisa data menunjukkan nilai <em>p value </em>= 0,001 < α : 0,05. <strong>Kesimpulan </strong>:Terdapat hubungan Pengetahuan ibu tentang penanganan diare dengan derajat dehidrasi balita. Sehingga diharapkan petugas kesehatan lebih aktif memberikan sosialisai tentang penanganan dini diare guna mencegah terjadinya dehidrasi dan komplikasi lanjutan akibat diare.</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1460GAMBARAN KEMAMPUAN AMBULASI DINI POST OPERASI PADA PASIEN FRAKTUR EKSTREMITAS BAWAH DI RUANG PERAWATAN BEDAH RSUD dr. ABDUL RIVAI BERAU2024-04-05T21:34:08+00:00Chrisyen Damanik[email protected]Sumiati Sinaga[email protected]Sara Rosalina[email protected]<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar Belakang:</strong> Penyebab masalah keperawatan post tindakan operasi fraktur ekstremitas bawah adalah gangguan ambulasi atau aktivitas berjalan yang kemudian disertai dengan oedema, keterbatasan luas gerak sendi, dan penurunan kekuatan otot. Kemampuan ambulasi pada pasien post operasi akibat fraktur ekstremitas bawah menjadi dasar dalam menentukan intervensi keperawatan lebih lanjut. Tindakan paling umum dilakukan oleh perawat di RSUD dr. Abdul Rivai pada pasion post operasi fraktur ekstremitas bawah diantaranya adalah latihan miring kanan dan miring kiri. <strong>Tujuan: </strong>Untuk menganalisa gambaran kemampuan ambulasi post operasi pada pasien fraktur ekstremitas bawah di ruang perawatan bedah RSUD dr. Abdul Rivai Berau.<strong> Metode: </strong>Penelitian deskriptif kuantitatif yang bertujuan mendeskripsikan gambaran kemampuan pasien ambulasi post oporasi dengan fraktur ekstremitas bawah beserta variabel lain yang mendukungnya, menggunakan 26 responden<strong>. Hasil: </strong>Kategori ambulasi 6-8 jam terbanyak 42.3% (11 responden) yaitu mampu menggerakkan kaki dan mengkontraksikan otot kaki, kategori ambulasi 12-24 jam terbanyak 57.7% (15 responden) yaitu mampu duduk dengan posisi kaki tergantung dan kategori ambulasi >24 jam terbanyak 65.4% (17 reponden) yaitu dapat melakukan mobilisasi sederhana dengan bantuan.<strong> Kesimpulan: </strong>Ambulasi >24 jam terbanyak pada responden yang dapat mobilisasi sederhana dengan bantuan 65.4% (17 responden) dan dengan mobilisasi sederhana secara mandiri 34.6% (9 responden).</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1614HUBUNGAN DUKUNGAN KELUARGA DENGAN KEPATUHAN MINUM OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT) PADA PENDERITA PENYAKIT TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS MARIDAN KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA2024-10-09T06:15:26+00:00Suwanto Suwanto[email protected]Rusdi Rusdi[email protected]Sarnica Kori Pasola[email protected]<p><strong>Latar Belakang</strong> : Tuberkulosis penyakit yang disebabkan <em>Mycobacterium tuberculosis</em> yang sampai saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat di dunia. Tuberkulosis (TBC) disebabkan oleh sejenis bakteri yang disebut mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini menyebar saat penderita TB batuk atau bersin dan orang lain menghirup droplet yang dikeluarkan yang mengandung bakteri TB. Dukungan keluarga sangat diperlukan terutama pada penderita TB yang mengharuskan mengkonsumsi obat dengan jangka waktu yang lama. Untuk mencapai kesembuhan diperlukan keteraturan atau kepatuhan berobat bagi setiap penderita. <strong>Tujuan :</strong> untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC di Puskesmas Maridan. <strong>Metode :</strong> penelitian ini menggunakan kuantitatif dengan desain <em>cross sectional</em>. Analisis menggunakan uji <em>Chi-square</em> pada 52 pasien TBC di Puskesmas Maridan sebagai responden yang dilakukan pada bulan Mei 2024. <strong>Hasil :</strong> penelitian didapatkan pasien yang tidak patuh dengan dukungan keluarga kurang yaitu 6 (9,8%) dan pasien yang patuh 7 (11,2%), sedangkan pasien yang tidak patuh dengan dukungan keluarga baik yaitu 11 (22,9%) dan pasien yang patuh 28 (56,1%). Didapatkan <em>(p=0,232) </em>tidak adanya hubungan antara dukungan keluarga dengan kepatuhan minum obat pada pasien TBC di Puskesmas Maridan sama halnya dengan dukungan penghargaan <em>(p=0,779)</em>, dukungan informasi <em>(p=0,363) </em>dan dukungan instrumental <em>(p=0,494)</em>, tetapi berbeda dengan dukungan emosional <em>(p=0,008) </em>terdapat hubungan dengan kepatuhan minum obat. <strong>Kesimpulan :</strong> Kepatuhan minum obat tidak di pengaruhi oleh dukungan keluarga tetapi pada dukungan emosional mempengaruhi kepatuhan minum obat sedangkan pada dukungan penghargaan, dukungan informasi dan dukungan instrumental tidak mempengaruhi kepatuhan minum obat pada pasien TBC.</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1472HUBUNGAN SIKAP, DUKUNGAN SUAMI DAN DUKUNGAN TENAGA KESEHATAN DENGAN MINAT WUS MELAKUKAN PEMERIKSAAN IVA TES DI DESA MALINAU HILIR KABUPATEN MALINAU2024-04-12T01:13:25+00:00Ana Dwiyana Arief[email protected]Desy Ayu Wardani[email protected]Christina Sari[email protected]<p><strong>Latar Belakang:</strong> Gambaran praktik pengasuhan ibu terhadap balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Malinau Kota, Kabupaten Malinau, mencerminkan perlunya peningkatan pemahaman ibu terkait gizi dan perawatan anak untuk mengatasi masalah stunting. <strong>Metode: </strong>Rancangan kuantitatif dengan rancangan penelitian deskriptif<em>.</em> <em>Penelitian dilaksanakan pada bulan November 2023 yang bertempat </em>di wilayah kerja Puskesmas Malinau Kota Kabupaten Malinau. Sampel <em>nonprobability sampling</em> dengan teknik <em>total sampling</em> sebanyak 117 orang. Instrumen kuesioner data demografi, kuesioner praktik kebersihan diri, kuesioner praktik pengasuhan psikososial, kuesioner praktik perawatan kesehatan, kuesioner pola asuh. Data dianalisis dengan uji deskriptif. <strong>Hasil:</strong> Praktik pemberian makan ibu kepada anak mayoritas dalam keadaan kurang baik (57,26%), praktik kebersihan anak mayoritas kurang baik (79,49%), praktik pengasuhan sosial mayoritas kurang baik (62,39%), dan praktik perawatan Kesehatan mayoritas kurang baik (57,62%). <em>Kesimpulan: </em>Gambaran pola asuh ibu pada balita stunting di Wilayah Kerja Puskesmas Malinau Kota Kabupaten Malinau dari setiap kategori adalah: praktik pemberian makan ibu kepada anak mayoritas dalam keadaan kurang baik, praktik kebersihan anak mayoritas kurang baik, praktik pengasuhan sosial mayoritas baik, dan praktik perawatan Kesehatan mayoritas baik.</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyatahttp://522169.4wlbb.group/index.php/keperawatan/article/view/1451GAMBARAN PENERAPAN KOMUNIKASI SBAR (SITUATION, BACKGROUND, ASSESSMENT, RECOMMENDATION) SAAT HANDOVER PERAWAT 2024-04-04T09:52:28+00:00Rusdi Rusdi[email protected]Nurul Hidaya Tappi[email protected]Wahyu Dewi Sulistyarini[email protected]Yusnita Sirait[email protected]Siti Wardatun Hasanah[email protected]<p style="font-weight: 400;"><strong>Latar Belakang:</strong> Rumah sakit ialah elemen penting dalam sistem pelayanan kesehatan dengan penerapan komunikasi SBAR pada saat <em>handover</em>sangat diperlukan. Tujuan penelitian ini mengetahui gambaran metode komunikasi SBAR pada saaat <em>handover. </em><strong>Metode</strong>: penelitian ini <em>deskriptif </em>dengan populasi 56 orang tersebar 3 unit pelayanan. Sampel sejumlah 56 responden memakai teknik <em>total sampling</em>. Instrumen yang dipakai guna komunikasi SBAR ialah SOP milik badan PPSDMK kemenkes RI. Data kuisioner SBAR dipilih ketika perawat menjalankan proses <em>handover </em>antar <em>shift</em>, dan diteruskan pengisian angket dan data dianalisis secara univariat.<strong> Hasi</strong><strong>l</strong><strong>:</strong> Ruang Irna didapatkan nilai <em>situation </em>baik sejumlah 12 jiwa (52.2%), <em>background </em>baik sejumlah 18 jiwa (78.3%), <em>assessment </em>baik sejumlah 15 jiwa (65%), <em>recommendation </em>baik sejumlah 18 jjiwa (78.3%), ruang IGD didapatkan nilai <em>situation </em>baik sejumlah 12 jiwa (50%), <em>background </em>baik sejumlah 10 jiwa (41.7%), <em>assessment </em>baik sejumlah 6 jiwa (25%),<em>recommendation </em>baik sejumlah 13 jiwa (54.2%), ruang Perinatologi didapatkan nilai <em>situation </em>baik sejumlah 7 jiwa (77.8%), <em>background </em>baik sejumlah 5 jiwa (55.6%), <em>assessment </em>baik sejumlah 5 jiwa (55.6%), <em>recommendation </em>baik sejumlah 8 jiwa (88.9%). <strong>Kesimpulan:</strong> Gambaran penerapan komunikasi SBAR saat <em>handover </em>belum maksimal.</p>2024-11-13T00:00:00+00:00Copyright (c) 2024 Jurnal Keperawatan Wiyata